Menurut Bonanza88, media bergembira ria dengan kasus yang diumpankan ke mereka oleh beberapa pemain sepak bola yang nakal. Pro-kontra dan rekayasa sebagai sisi besar dari liputan media.
Tapi tak berarti cuma mereka yang ada di atas lapangan, atau mereka yang latih dari tepi lapangan, yang dapat lakukan perlakuan menyalahi ketentuan.
Sama dengan tekel dua kaki atau pukulan siku akan dijatuhi hukuman oleh kewenangan olahraga, club bisa menginginkan hal sama saat mereka melaanggar ketentuan.
Sering, hukuman yang dijatuhkan oleh mereka yang bertanggungjawab bisa memunculkan kegemparan besar, begitupun kejahatan dan pelanggaran enteng yang memacu hukuman itu.
Dari kasus penataan laga sampai kematian supporter, pengurangan tiga point sampai larangan perjalanan dan penutupan stadion, berikut beberapa ancaman pada club terkesan yang dulu pernah terjadi di dunia sepak bola.
Hatters Diganjar Pengurangan 30 Point
Sejauh riwayat sepak bola, kemungkinan tidak ada yang semakin lebih berat dari yang dirasakan Luton Town saat mengawali kampanye Liga Dua 2008/9.
Diketemukan bersalah atas rangkaian kekeliruan dan ketidaksamaan keuangan, sama seperti yang diabadikan oleh ESPN, Hatters harus jadi contoh.
Hukuman yang dijatuhkan benar-benar berlebihan, Luton mengawali musim dengan pengurangan besar 30 poin.
Walau mereka masih tetap tampil kompak selama musim, bahkan juga jadi juara EFL, tapi hukumannya terlampau berat untuk diatasi.
Mereka pada akhirnya mau tak mau jatuh ke sepak bola non liga sepanjang 5 tahun ke depan.
Leeds City Disetop
Pembayaran ilegal, hasil aneh, dan permainan nakal bukan hal baru di dalam permainan klub.
Kenyataannya, salah satunya club Inggris paling kuat secara bersejarah, Leeds United, lahir dari kerusuhan itu yang sudah dilakukan oleh pendahulunya.
Prestasi Leeds City, sampai 1919, hanya capai Seksi Ke-2. Tapi sesudah mengaryakan Herbert Chapman yang luar biasa dari Arsenal sebagai manager mereka sukses tempati rangking empat.
Ada pertanda jika team paling kuat kota itu akan naik daun. Tetapi, delapan laga masuk musim 1919/20, musibah menerpa.
Sama seperti yang ditulis oleh situs fansnya, City pertama kali dilumpuhkan oleh perselisihan antara dewan direksi dan oleh dakwaan salah urus keuangan.
Cuma delapan laga masuk musim 1919/20 club itu dikeluarkan dari Seksi Kedua dan disetop, salah satu team dalam riwayat Inggris yang dikeluarkan di tengah-tengah musim.
Port Vale menggantikan tersisa hak laga, sedangkan club baru Leeds United akan menggantikan kota itu di tahun berikutnya.
Gelar Ligue 1 Marseille Dibatalkan
Di awal 1990-an tidak ada team Prancis yang dulu pernah memenangkan Piala Eropa. Stade de Reims ialah salah satu team yang nyaris memenanginya melalui dua performa final pada tahun 1956 dan 1959.
Sayang team itu kalah menantang Real Madrid yang dipegang Alfredo Di Stefano.
Marseille pada akhirnya mengambil langkah lebih jauh di tahun 1993, saat club Prancis selatan yang diongkosi oleh konglomerat Bernard Tapie itu menaklukkan Milan untuk meraih kemenangan di final.
Tetapi kemenangan L’OM akan bawa asterix di seginya untuk mayoritas fans sepak bola, dinodai oleh apakah yang hendak terjadi selanjutnya.
Cuman satu tahun sesudah menangnya di Piala Eropa, Tapie dan Marseille hadapi dakwaan lakukan penyuapan pada team lawan.
Faltanya, beberapa pemain team Valenciennes sudah disuap untuk pastikan perjalanan Marseille gampang di persaingan dalam negeri. Hukuman untuk pelanggarn ini benar-benar berat.
Club itu dicabut dari gelar Ligue 1 1992/92 mereka, dan di turunkan ke liga ke dua. Tapie harus juga habiskan waktu di penjara.
Untungnya, piala Liga Champions masih tetap ada di almari piala Marseille.
Bencana Fatal di Nueva Chicago
Bahkan juga di dunia sepak bola Argentina yang penuh nafsu dan kerap penuh kekerasan, beberapa fans Nueva Chicago pantas mendapatkan perhatian ekstra.
Tidak ada supporter yang nikmati hari tandang di Mataderos, kandang Nueva Chicago.
Memang, kemelut dalam sebegitu rupa hingga pihak musuh dipisah oleh polisi membawa senjata untuk menghindar dari konfrontasi.
Tetapi pada 2007, tindakan supporter club itu pada akhirnya melalui batasan.
Musim yang jelek membuat Chicago mau tak mau mainkan Tigre di play off untuk menghindar dari kemunduran ke B Nacional, liga kelas dua.
Saat team kalah agregat 3-1 di leg ke dua, semua kerusuhan terjadi saat beberapa fans menggempur lapangan, serang pemain Tigre dan Chicago dan mengambil baju mereka.
Fans tandang yang rayakan selanjutnya terserang imbasnya.
Sama seperti yang dikabarkan, penganut Tigre Marcelo Cejas terserang lemparan batu bata oleh supporter Chicago, dan wafat karena luka-lukanya.
Pengurangan 18 point untuk musim selanjutnya, dilarang main di stadion kandang mereka sepanjang setahun penuh dan kemunduran ialah hukuman untuk club dari kejadian ironis itu.
Semua Club Inggris Dilarang Main di Persaingan Eropa
Walau Liverpool ialah club yang paling bertanggungjawab atas kejadian yang terjadi, semua club sepak bola Inggris terserang imbasnya.
Sama seperti yang dikenang, 39 orang meninggal dalam musibah Heysel tahun 1985, dampak dari gempuran dari penggemar Liverpool di final Piala Eropa menantang Juventus.
Salah satunya keputusan populer untuk hal tersebut ialah keluarkan semua club Inggris dari persaingan Eropa di tahun 1985.
Lebih aneh, perintah itu malah dikeluarkan oleh federasi sepak bola Inggris FA, di bawah penekanan besar dari perdana mentri “Wanita Besi” Margaret Thatcher.
FA dan Thatcher memberi hukuman dengan larang semua club Inggris dari persaingan Eropa sepanjang keseluruhan lima tahun.
Liverpool dikasih setahun extra untuk peranan mereka dalam bencana itu.
“Kita harus bersihkan permainan dari hooliganisme ini di dalam rumah dan kemungkinan kita akan bisa ke luar negeri kembali,” kata si perdana mentri saat itu.
Menurut Bonanza88, itu hukuman yang berat yang memengaruhi semua bangsa. Tetapi segi bagusnya, club dan liga Inggris bersiap dan berkembang jadi lebih baik.