Sejak dahulu, Indonesia banyak melahirkan atlit-atlit bulu tangkis berprestasi yang disegani para lawannya. Bahkan lewat prestasi atlet bulu tangkis nama Indonesia menjadi harum di kancah internasional.
Ya, mesti atlit Indonesia banyak menjadi juara di berbagai pertandingan bergensi bulu tangkis seperti Olimpiade, All England, Thomas Cup dan sebagainya namun itu semua tidak diraih dengan muda.
Pasalnya menjadi atlet bulu tangkis tak segampang membalikan telapak tangan. Tentu dibutuhkan perjuangan, kerja keras dan mental yang kuat untuk mencapai kesuksesan.
Berbicara atlet bulu tangkis sukses dan berprestasi tak afdol rasanya membicarakan salah satu nama yang hingga kini menjadi legenda bulu tangkis Indonesia.
Tak lain dan tak bukan adalah Rudy Hartono. Atlit kelahiran Surabaya 18 Agustus 1949 yang memiliki nama lengkap Rudy Hartono Kurniawan ini adalah pemegang rekor juara tunggal putra di kejuaraan All England.
Tak tanggung-tanggung, dirinya menjuara 8 kali juara All England dari tahun 1969-1974. Tujuhg diantaranya diaraih secara beruntun. Sebuah prestasi yang patut mendapat apresiasi dari pemerintah.
Rekor tunggal putra juara 8 kali All England itu hingga kini belum dapat dipecahkan oleh para atlet penerusnya. Oleh karena itu namanya telah terukir indah di dunia bulu tangkis.
Rudy Hartono memang terkenal memiliki keterampilan yang komprehensif, taktik yang bervariasi, serta kecepatan selancar yang cepat. Ia juga menyerang di lini tengah, terutama dalam membunuh lawan secara diagonal dan garis lurus di lapangan belakang.
Karier Atlit Rudy Hartono
Rudy Hartono sendiri memiliki nama kecil Nio Hap Liang. Dirinya merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara dalam keluarganya.
Darah atlit bulu tangkis dari keluarganya tak hanya mengalir padan dirinya. Utami Dewi, salah satu adiknya adalah juara nasinonal 5 kali yang mana merupakan mantan tim di Piala Uber Indonesia.
Bakat Rudy kecil bermain bulu tangkis dimulai sang ayah melihat kemampuan bermain badminton pada usia 9 tahun.
Dengan bakat yang dimiliki Rudy, sang ayah kemudian menempanya melalui Persatuan Bulu Tangkis Oke dengan latihan tinggi dan disiplin.
Dimana, dirinya selalu digembleng dengan pola latihan kecepatan, pengaturan napas, permainan yang agresif dan konsistensi dalam mengambil target.
Pada akhirnya Rudy pindah ke grup bulu tangkis lebih besar bernama Rajawali Group. Grup ini banyak melahirkan banyak pemain bulu tangkis top dunia.
Pada akhirnya dirinya bergabung di Pelatnas pada tahun 1965 silam. Tepat dua tahun kemudian, pada tahun 1967 dirinya dipercaya mengikuti kejuaraan Piala Tomas ketika usianya kala itu belum genap 18 tahun.
Namun disayangkan, tim Thomas kala itu dikalahkan oleh Malaysia dalam partai puncak final.
Satu tahun kemudian,Rudy mengikuti kejuaraan All England dan sukses menjadi juara usai menekuk tunggal putra MalaysiaTan Aik Huang.
Setelah menyabet juara All England perdana di usia 18 tahun, kemampuan dan mental Rudy Hartona semakin cemerlang. Ini terbukti Rudy berhasil menjuaran 6 edisi berikutnya secara beruntun.
Banyak nama-nama berhasil dikalahkam semisal Svend Pri dan rekan satu negaranya yakni Christian Hadinata
Dalam perjalanan kariernya, Rudy Hartono sempat kehilangan gelar jawara di All England tahun 1975. Kala itu, dirinya dikalahkan oleh tunggal putra Denmark, Svend Pri.
Namun, kekalahan tersebut dibalas Rudy saat kembali menjadi juara di All England dengan menaklukkan Liem Swie King dalam partai All Indonesian Final.
Bahkan, kemenangan atas Liem Swie King pada akhirnya mentasbihkan namanya sebagai raja tunggal putra All England dengan koleksi delapan gelar.
Sebanyak delapan gelar juara All England tersebut menjadikan namanya masuk dalam catatan Guinness Book of Records.
Semasa menjadi atlit bulu tangkis, Rudy Hartono dikenal memiliki keterampilan memukau di atas lapangan. Dirinya mempunyao teknik yang komprehensif dengan taktik bervariatif.
Ini juga ditambah dengan kecepatan bergerak yang cepat sehingga menyulitkan lawan-lawan saat bertanding di berbagai kejuaran internasional.
Saat bermain, Rudy tipe penyerang di lini tengah utamanya membunuh lawan secara garis diagonal dan garis luruh di lapangan.
Kehebatan inilah yang tidak dimiliki atlit lain karena merupakan buah dari kerja keras latihan, disiplin dan mental yang kuat di lapangan.